Rabu, 18 Februari 2009

Membangun keselarasan hubungan

Orang bertakwa akan tampak kemuliaan rohaninya. Mereka adalah orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit. Sifat bakhil menjauh dari diri mereka. Disebabkan keyakinan bahwa harta bukanlah milik pribadi mutlak dan keyakinan bahwa berderma pada hakekatnya adalah usaha memberi manfaat kepada diri sendiri maka mereka bersungguh betul dalam bersedekah.

Muttaqin juga orang-orang yang pandai menahan amarahnya. Karena ia paham, menahan marah itu mendatangkan kecintaan Allah. Serta, telah tersedia ganjaran besar di akherat kelak bagi orang yang mau melakukannya. Juga, menahan marah itu amat membantu menahan agar masalah tidak berkembang biak dan mudah diselesaikan. Sedang menumpahkan kemarahan itu, meski kita sedang berhak melakukannya, seringkali mengobarkan dan menternakkan masalah hingga kian sulit ditangani.

Ketakwaan itu juga menjadikan kita mudah memaafkan kesalahan orang lain. Menjadikan hati ini lebih longgar, tidak sumpek karena memelihara dan mengenang kesalahan orang terhadap diri kita.

Berinfak, menahan marah, dan memaafkan merupakan rentetan kebaikan. Sedang Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Maka, memperbuat berbagai kebaikan itu akan mendatangkan cinta Sang Pencipta sekaligus mendapat hubungan antar manusia yang manis.

Memang, cara berhubungan terbaik dengan manusia adalah dengan cara yang diajarkan pencipta manusia.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kita ini bisa berlaku lemah lembut terhadap para sahabat dan kaum kerabat kita. Sekiranya kita bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling kita. Karena itu maafkanlah mereka jika mereka bersalah dan mohonkanlah ampun bagi mereka, Serta bermusyawaratlah dengan mereka dalam berbagai urusan. Kemudian apabila kita telah membulatkan tekad maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Allah juga mengajari kita cara tepat berhubungan dengan orang diluar dinul Islam

Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan muslimin ini kepada kekafiran. Segala cara mereka gunakan. Tidak saja cara yang halal, bahkan cara-cara yang haram menurut ajaran agama mereka pun digunakan. Perbuatan ini disebabkan oleh dengki yang muncul dari diri mereka sendiri. Hati mereka dipenuhi rasa sangat tidak suka terhadap kenikmatan yang diterima oleh Muhammad bin Abdillah sebagai utusan Allah. Juga mereka amat ingin nikmat itu hilang lenyap dari diri beliau dan dari muslimin. Padahal kebenaran sudah tampak nyata di hadapan mereka. Sehingga, amat tidak patut bila mereka berbuat seperti itu.

Menghadapi kelakuan semacam itu, Allah memberi bimbingan kepada Rasulullah dan muslimin mengenai cara-cara yang tepat untuk menyikapi mereka. Allah memerintahkan, maafkanlah dan biarkanlah mereka. Perintah ini diberikan tatkala belum turun ijin untuk memerangi mereka. Dalam keadaan seperti itu, memaafkan dan membiarkan mereka serta tidak menghiraukan mereka merupakan sikap yang bermanfaat buat muslimin.

Sikap semacam ini juga diperintahkan Allah kepada muslimin untuk menyikapi perbuatan yahudi yang menjengkelkan. Mereka melanggar janjinya, maka Allah kutuki mereka, dan Allah jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah firman-firman Allah dari tempatnya. Mereka rubah arti firman Allah itu, ia kurang atau bahkan ia tambahi agar mencocoki hawa nafsu mereka. Ditambah lagi, mereka sengaja melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya. Maka, muslimin ini senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka. Sebagian besar mereka suka berkhianat, kecuali sedikit di antara mereka yang tidak berkhianat. Maka Allah perintahkan kepada muslimin, maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Perintah ini berisi petunjuk yang tepat untuk bertindak dalam suasana seperti itu. Adapun ketika muslimin sangat kuat dan sudah ada ijin dari Allah untuk bertindak terhadap mereka maka tentu saja berbeda langkah yang mesti dijalani. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.